Rumah adalah kebutuhan dasar bagi suatu keluarga. Setiap keluarga tentu mendambakan hunian yang aman, nyaman dan sehat. Namun masih banyak keluarga Indonesia yang tidak bisa memliki rumah yang layak karena terkendala harga rumah yang terus melambung sehingga tidak terjangkau oleh kemampuan daya beli mereka. rumah subsidi yang disediakan pemerintah dengan harga Rp. 150 juta rupiah meskipun dengan berbagai dukungan bantuan uang muka dan subsidi bunga KPR dengan skema FLPP tetap masih terasa cukup berat bagi keluarga dengan penghasilan 4 juta ke bawah apalagi di saat pandemi sekarang ini. Sebagai ilustrasi Rumah subsidi dengan DP 7,5 juta rupiah mereka masih harus membayar cicilan hingga 1,1 juta rupiah per bulan. Tentu dengan penghasilan 3-4 juta rupiah yang masih menyicil kebutuhan lainnya, cicilan sebesar itu masih dirasakan cukup berat. Bahkan hampir semua perbankan di saat pandemi ini juga cukup enggan untuk memenuhi permohon KPR bagi keluarga dengan pendapat tersebut. Sehingga tidak heran berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik BPS (2020) pertumbuhan ekonomi kita di kuartal II minus 5,32% salah satunya disumbang oleh sektor konstruksi yang saat ini turun hingga minus 5,39%.
Mengingat begitu besar tantangan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi kalangan keluarga dengan pendapatan tersebut dan ditambah lagi dengan situasi pandemi yang sangat berat saat ini, IHUDRC salah satu Pusat Riset Teknologi Fakultas Teknik Undip bekerjasama dengan Kementerian PUPR dan Kementerian ATR/BPN mencoba menawarkan suatu gagasan inovatif dan menginisiasi pelaksanaannya di Kabupaten Semarang, tepatnya di Desa Branjang, Ungaran Barat. Skema tersebut dinamakan Skema Perumahan Berbasis Komunitas dengan Dukungan BP2BT Swadaya. Proyek ini diharapkan dapat berjalan dengan baik dan menjadi pilot proyek yang dapat menjadi contoh untuk diterapkan di berbagai daerah di Indonesia. Melalui skema ini masyarakat dapat memiliki rumah yang biasanya seharga 150 juta rupiah yang dapat diperoleh dengan harga 110 juta rupiah dan biasanya keluarga harusnya menyicil 1,1 juta rupiah cukup dengan cicilan 800 ribuan rupiah saja per bulan. Kenapa bisa seperti itu? Karena skema ini merubah bisnis model konvensional yang selama ini diterapkan dengan prinsip Menjual Rumah menjadi Membangun Rumah. Membangun rumah yang selama ini dilakukan secara swadaya dan individual (70% lebih keluarga Indonesia), skema membangun rumah secara swadaya berbasis komunitas ini diorganisir oleh IHUDRC sehingga masyarakat bisa mengembangkan perumahan secara lebih terencana dan tertata. Dengan Skema ini maka dampak dari munculnya lingkungan-lingkungan yang padat dan kumuh di kota-kota Indonesia selama ini bisa dikurangi. Inovasi ini sangat relevan dengan pembangunan yang lebih tertata (berjarak) dan luas rumah yang memadai sehingga tidak berdesakan dalam satu rumah untuk segera diwujudkan di era pandemi Covid-19 dan cukup mendesak untuk dijalankan karena ini bisa menjadi salah satu sarana untuk membangkitkan kembali gairah ekonomi di saat ancaman krisis ekonomi yang menghantui di depan mata kita semua.